Putra-IT Ditujukan untuk masyarakat Australia.
Semakin maraknya aksi
bullying yang dilakukan via Facebook, menggerakkan penyedia layanan
sosial media tersebut meluncurkan kampanye untuk mengajak orang
bertindak untuk menghentikan tindakan mengintimidasi orang lain itu.
Kampanye
yang diluncurkan di Australia itu mengajak warga negara kangguru itu
untuk lebih berani ketika mereka berhadapan dengan pem-bully.
Hal
utama kampanye ini adalah dengan diluncurkannya sebuah aplikasi di
Facebook "Be Bold. Stop Bullying.". Di halaman khusus kampanye ini
terdapat aplikasi interaktif yang mengajak pengunjung halaman tersebut
menunjukkan keikutsertaannya lewat tombol janji (pledge) melawan
pem-bully.
Ada dua jenis tombol janji khusus warga Australia itu, yakni untuk pelajar dan orang dewasa.
"Saya akan membela orang yang dilecehkan, dipermalukan, atau disakiti oleh orang lain," bunyi salah satu janji pelajar.
Janji
lainnya berbunyi, "Saya tak akan menggunakan ponsel atau komputer untuk
menyebarkan rumor atau mengatakan hal-hal jahat kepada orang lain. Saya
tak akan menyebabkan perpanjangan rumor jahat maupun yang
mengintimidasi orang lain. Saya tak akan tinggal diam ketika melihat hal
ini terjadi."
Sementara janji untuk orang dewasa salah satunya
berisi pernyataan, menyadari bahwa tindakan bullying itu bukan tindakan
yang bisa dimaklumi. Itu bukan tindakan anak muda yang sedang menikmati
masa mudanya. Ada pula janji untuk bekerja sama dengan sekolah, guru,
dan orangtua lain untuk menghapus tindakan bullying, terutama bila ada
anak yang dikenal mengalami hal itu.
Aplikasi tersebut juga
berisi peta seberapa banyak orang dan dari daerah mana yang sudah
bersiap untuk menghadapi bullying, serta berisi informasi ke mana
mencari bantuan.
Kampanye ini mengikut jejak kampanye serupa yang sudah dilakukan di AS.
Kemunculan
kampanye tersebut dilakukan seiring maraknya jumlah halaman Facebook
yang sengaja dibuat untuk mengejek, mengintimidasi, memfitnah,
mencemarkan nama baik, dan hal-hal jahat lain kepada guru maupun teman
sebaya dengan komentar-komentar jahat serta foto-foto.
Surat
kabar Herald Sun memberi contoh, ada halaman-halaman Facebook yang
dibuat sebagai pencemaran nama guru yang diimplikasikan sebagai pelaku
paedofilia, ada pula halaman khusus yang dibuat untuk menunjukkan bagian
intim tubuh seorang pelajar lelaki lalu digunakan sebagai target
komentar-komentar jahat dari anak-anak lain.
Banyak pula pelajar,
baik perempuan maupun lelaki yang dituduh melakukan aksi seksual tak
lazim, ada pula ledekan-ledekan berbau rasis.
Tak sedikit pula
guru-guru perempuan maupun pelajar perempuan yang menjadi korban
intimidasi oleh pelajar lain dengan kata-kata jahat, seperti tudingan
bahwa mereka adalah pelacur atau bintang porno. Tak sedikit pula
siswa-siswi yang diledek mengenai gaya berbusana, penampilan, cacat
fisik, dan berat badan. Ledekan-ledekan dan tudingan-tudingan para
pem-bully sangat menekan dan menghancurkan kepercayaan diri hingga
mengakibatkan banyak siswa-siswi yang tak tahan memilih untuk bunuh
diri.
Chris Tanti, Chief Executive Headspace, salah satu
pendukung gerakan ini, yang juga berlaku sebagai advokat grup pendukung
kesehatan mental kampanye ini mengatakan, banyak pem-bully berani
meledek dan mengintimidasi orang lain via jejaring sosial, seperti
Facebook, karena mereka tak bisa melihat reaksi orang yang diintimidasi.
Sementara itu, efek bullying bisa menyebabkan luka begitu besar dan
menyebabkan keputusasaan si korban.
"Kampanye ini sebenarnya
ditujukan untuk mereka yang tidak terlibat di dalam aksi bullying tetapi
sering atau pernah melihat. Mereka yang bukan pelaku, bukan pula
korban, tetapi mengetahui adanya aksi bullying. Agar mereka berhenti
hanya menjadi penonton/pengamat bullying, namun mulai ikut terlibat
dalam penghentian tindakan tak terhormat ini. Orang-orang harus tahu,
bullying bukanlah tindakan yang boleh dilakukan siapa pun," jelas Tanti.
0 komentar:
Posting Komentar
Berikan Pendapat Anda!!!
Caution!!!
1. Sampaikan Komentar anda sekarang!!! Mumpung saya lagi ada waktu nge-reply ^_^