Rabu, 24 Oktober 2012

Twitter Dan Facebook Merusak Perkembangan Anak

Putra IT-Media sosial membuat anak-anak menuntut selalu ada imbal balik dalam hidup mereka

Anak-anak ini akan beresiko tumbuh menjadi pribadi yang obsesif, sulit mengontrol diri, kurang perhatian dan empati.

Semua disebabkan oleh kecanduan terhadap situs media sosial seperti Twitter.

Seorang pakar ilmu syaraf, Baroness Grenfeld, profesor farmakologi dari Oxford University mengatakan penurunan kontak sosial dengan manusia, membuat anak-anak kesulitan dengan kemampuan dasar sosialisai dan reaksi emosional.

Dia mengkritik kecanduan yang tidak sehat, seperti dengan Twitter.

Dalam wawancara dengan The Telegraph, dia juga mengkhawatirkan muncul sikap narsis, yang bangga akan popularitas dirinya di media sosial.

Komentar ini muncul 24 jam, setelah para guru di Inggris mengkhawatirkan paparan teknologi yang berlebihan, merusak kemampuan konsentrasi anak-anak di kelas.
Sebuah survey yang dilakukan terhadap guru sekolah menengah di Inggris menyebutkan, lebih dari tiga perempat dari jumlah siswa sekolah, mempunyai ingatan pendek, dari sebelumnya.

Baroness Greenfield memperlihatkan angka, bahwa lebih dari setengah dari remaja yang berusia antara 13-17 tahun, saat ini menghabiskan lebih dari 30 jam dalam seminggu, bermain video games, komputer, e-reader, telepon seluler dan memelototi layar berbasis teknologi.
Dikatakan bahwa otak manusia memerlukan lingkungan yang menstimulir untuk tubuh untuk berkembang dengan seharusnya.

Berbicara dalam pertemuan Early Childhood Action group di Inggris, Greenfield mengatakan Facebook dan Twitter menciptakan generasi yang selalu menuntut imbal balik dalam hidupnya.
Mereka juga akan mengalami krisis identitas, karena mereka berharap selalu ada perhatian yang konstan dari follower-nya.

0 komentar:

Posting Komentar

Berikan Pendapat Anda!!!

Caution!!!
1. Sampaikan Komentar anda sekarang!!! Mumpung saya lagi ada waktu nge-reply ^_^