Minggu, 15 Mei 2011

Sebuah curahan isi hati yang terdalam



Aku adalah aku di mana pun tempatku berada.
Berusaha menjadi diri sendiri di tengah-tengah omong kosong para pembual.
Hidup terasing di tengah kecintaan para ekstrimis pada dunia.
Yang melupakan rasa di dalam lubuk hati dan naluri untuk selalu berkata jujur.
Terbalut rapat hedonisme yang telah menjadi santapan sehari-hari dan kebohongan-kebohongan yang meluncuri bibir dari waktu ke waktu.

Manusia hidup dalam kebohongan, demi menutupi hawa nafsu brutal untuk menghancurkan. Menghancurkan segala, mulai dari kehormatan diri hingga segala kekayaan hati. Sampai-sampai tak ada yang tersisa kecuali setetes embun di tengah lautan tinta. Hati telah menjadi batu karang yang menutupi dirinya dengan lumut. Seolah-olah berani menerjang ombak besar nan perkasa. Padahal dirinya hanyalah seonggok bebatuan tanpa arti yang ditinggal pemiliknya.

Pemilik yang akan selalu kekal abadi. Pemilik yang menciptakan segalanya dari sesuatu yang hampa. Yang selalu berdiam di tempatNya tanpa membutuhkan suatu apapun. Yang mataNya tajam menembus benteng kehormatan palsu yang dibangun para pengecut. Yang telingaNya sanggup mendengar bisikan-bisikan najis para pendusta. Yang tanganNya menggenggam segenap hati makhluk tanpa terkecuali dengan tenang. Namun mengapa, si buta tuli nan pincang berani menantang si Perkasa tak terkalahkan. Saksikanlah bahwa ini hanyalah kerusakan yang nyata.

Tak ingin suatu apa kecuali tergeraknya daun pintu hati dari tempatnya. Menghembuskan nafas-nafas keagungan kepada kuali besar yang penuh dengan dosa. Meneteskan buih-buih kesyahduan dalam harum nafas pemimpin jiwa. Menggerakkan ruh-ruh suci kita ke tempat yang semestinya. Kosongkan hati dari segala perangkap penuh marabahaya, tetapkan tujuan hidup dengan pikiran yang jernih, gariskan jalan lurus menuju tempat yang didambakan, ikatkan hati pada tiang-tiang pancang perjalanan, jangan pernah bergeming walau ribuan topan datang menerjang, tetap tenang walau berbagai duri menusuk dari kiri dan kanan, hingga sampainya kita ke tempat yang tak ada lagi kenikmatan. Berganti dengan sesuatu yang tak akan mengingatkan kita pada dunia, yang telah merenggut hati, kehormatan, dan jiwa besar, para keledai dungu nan terbungkus hawa nafsu. 

0 komentar:

Posting Komentar

Berikan Pendapat Anda!!!

Caution!!!
1. Sampaikan Komentar anda sekarang!!! Mumpung saya lagi ada waktu nge-reply ^_^